Jumat, 22 April 2016

Beberapa Metode Menghitung Tenaga Perawat di Rumah Sakit

1.Cara rasio
Metoda ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal yang diperlukan. Metoda ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah. Metoda ini hanya mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas SDM rumah sakit, dan kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang mebutuhkan. Bisa digunakan bila : kemampuan dan sumber daya untuk prencanaan personal terbatas, jenis, tipe, dan volume pelayanan kesehatan relatif stabil.Cara rasio yang umumnya digunakan adalah berdasarkan surat keputusan menkes R.I. Nomor 262 tahun 1979 tentang ketenagaan rumah sakit, dengan standar sebagai berikut :

Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah sakit yang lambat laun meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif perhitungan yang lain yang lebih sesuai dengan kondisi rumah sakit dan profesional

2.Cara Need
Cara ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja yang diperhitungkan sendiri dan  memenuhi standar profesi.Untuk menghitung seluruh kebutuhantenaga,diperlukan terlebih dahulu gambaran tentang jenis pelayanan yang diberikan kepada klien selama di rumah sakit.  Misalnya  saja untuk klien yang berobat jalan, ia akan melalui/mendapatkan pelayanan, antara pembelian karcis, pemeriksaan perawat/ dokter, penyuluhan, pemeriksaan laboratorium, apotik dan sebagainya. Kemudian dihitung standar waktu yang diperlukan agar pelayanan itu berjalan dengan baik. Hundgins(1992) menggunakan standar waktu pelayanan pasien sebagai berikut :
Petugas
Pasien Baru
Pasien Lama
Pendaftaran
3
4
Pemeriksaan dokter
15
11
Pemeriksaan asisten dokter
18
11
Penyuluhan
51
0
Laboratorium
5
7
Contoh Perhitungannya :
Rumah Sakit X tipe B memberikan pelayanan pada pasien rata-rata 500 orang perhari, dimana 50% adalah pasien baru, pimpinan akan memperhitungkan jumlah tenaga sbb :
  • Tenaga pendaftaran adalah : (3+4)/2 = 3,5 x 500/240 = 7,29 (7 Orang tenaga pendaftar) ® Jika bekerja dari jam 08.00 – 12.00 (240 menit)
  •  Tenaga Dokter adalah (15+1)/2 = 13 x 500/180 = 36,11 (36 orang dokter) ® Jika bekerja dari jam 09.00 – 12.00 (180 menit
  • Tenaga asisten dokter adalah (18+11)/2 = 14,5 x 500/240 = 30,2 (30 orang asisten dokter) ® Jika bekerja dari jam 08.00 – 12.00 (240 meni
  • Tenaga Penyuluh (51)/2 = 25,5 x 500/240 = 53,13 (53 orang petugas penyuluh) ® Jika bekerja dari jam 08.00 – 12.00 (240 menit).
  • Tenaga Laborat (5+7)/2 = 6 x 500/240 = 12,5 (13 orang petugas laborat) ® Jika bekerja dari jam 08.00 – 12.00 (240 menit).
Untuk pasien rawat inap, Douglas (1984) menyampaikan standar waktu pelayanan pasien rawat inap sebagai berikut :
• Perawatan minimal memerlukan waktu : 1-2 jam/24 jam
• Perawatan intermediet memerlukan waktu : 3-4 jam/24 jam
• Perawatan maksimal/total memerlukan waktu : 5-6 jam/24 jam

Dalam penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut di atas adalah sebagai berikut :

a.Kategori I : Self care/perawatan mandiri. 
   Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum baik, tidak ada reaksi emosional,        pasien memerlukan orientasi waktu, tempat dan pergantian shift, tindakan pengobatan biasanya ringan  
   dan simple.
b.Kategori II : intermediet care/perawatan sedang. 
   Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu makan.memberi dorogan agar    
   mau makan, eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar mandi.     
   Penampilan pasien sakit sedang. Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tanda-anda vital,  periksa  
   urine  reduksi, fungsi fisiologis, status  emosinal, kelancaran drainage atau infus. 
   Pasien memerlukan bantuan  pendidikan kesehatan untuk support emosi 5-10 menit/shift atau 30-60   
   menit/shift dengan mengobservasi side efek obat atau reaksi alergi.
c.Kategori III : Intensive care/perawatan total.  
   Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilaksanakan sendiri,semua dibantu oleh perawat penampian sakit 
   berat.pasien memerlukan observasi terus-menerus.

Dalam penelitian Douglas (1975) tentang jumlah tenaga pearawat di rumah sakit,didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam teragantung pada tingkat ketergantungan pasien    seperti pada table di bawah ini:




Petunjuk Penetapan jumlah Klien Berdasarkan Derajad Ketergantungan:
a. Dilakukan satu kali sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya dilakukan oleh perawat yang sama  
    selama 22 hari
b. Setiap klien dinilai berdasarkan criteria klasifikasi klien (minimal memenuhi tiga kriteria)
c. Kelompok klien sesuai dengan klasifikasi dengan memberi tanda tally (I)  pada
    kolom yang tersedia sehingga dalam waktu satu hari dapat diketahui berapa jumlah klien yang ada dalam
    klasifikasi minimal, parsial dan total
d. Bila klien hanya mempunyai satu criteria dari klasifikasi tersebut maka klien dikelompokkan pada
    klasifikasi di atasnya.
 

Jadi rata-rata tenaga yang dibutuhkan untuk tiga shift adalah: 7 perawat. Berartikebutuhan untuk satu ruangan adalah 7 perawat + 1 Karu + 3 Katim + 2 cadangan =13 perawat

3.Cara Demand 
Cara demand  adalah perhitungan jumlah tenaga menurut kegiatan yang memang nyata dilakukan oleh perawat. Menurut Tutuko (1992) setiap klien yang masuk ruang gawat darurat dibutuhkan waktu sebagai berikut :
* untuk kasus gawat darurat: 86,31 menit
* untuk kasus mendesak: 71,28 menit
* untuk kasus tidak mendesak: 33,09 menit
Hasil penelitian di rumah sakit di Filipina, menghasilkan data sebagai berikut: 







4.Cara Gillies
Gillies (1989) mengemukakan rumus kebutuhan teanaga keperawatan di satu unit perawatan adalah sebagai berikut:

Prinsip perhitungan rumus Gillies :

Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan, yaitu:
    a.   Perawatan langsung , adalah perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada hubungan secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual.
Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien pada perawat maka dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu: self care, partial care, total care dan intensive care.
Menurut Minetti Huchinson (1994) kebutuhan keperawatan langsung setiap pasien adalah empat jam perhari sedangkan untuk:
* self care dibutuhkan ½ x 4 jam: 2 jam
* partial care dibutuhkan ¾ x 4 jam: 3 jam
* Total care dibutuhkan 1- 1½ x 4 jam: 4-6 jam
* Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam: 8 jam
b. Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana perawatan, memasang / menyiapkan alat, konsultasi dengan anggota tim, menulis dan membaca catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien.
Dari hasil penelitian RS Graha Detroit (Gillies, 1989, h 245) = 38 menit/ klien/ hari, sedangkan menurut Wolfe & Young (Gillies, 1989, h. 245) = 60 menit/ klien/ hari dan penelitian di Rumah Sakit John Hopkins dibutuhkan 60 menit/ pasien (Gillies, 1994)
c. Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien meliputi: aktifitas, pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer dalam Gillies (1994), waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan ialah 15 menit/ klien/ hari.

- Rata-rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatau unit berdsasarkan rata-ratanya atau         menurut “ Bed Occupancy Rate” (BOR) dengan rumus:

   Jumlah hari perawatan rumah sakit dalam waktu tertentu x 100%
                               Jumlah tempat tertentu x 365 


-Jumlah hari pertahun, yaitu 365 hari-Hari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu 128 hari, hari minggu= 52hari dan hari sabtu = 52 hari. Untuk hari sabtu tergantung kebijakan RSsetempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus diperhitungkan, begitu juga sebaliknya, hari libur nasional = 12 hari dan cuti tahunan = 12 hari.
-Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerjaefektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam, kalu hari kerja efektif 6 hari per minggu maka 40/6 jam = 6,6 jam perhari)
-Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit harus ditambah 20% (untuk antisiapasi kekurangan/ cadangan)

Contoh perhitungannya: 

Dari hasil observasi dan sensus harian selama enam bulan di sebuah rumah sakit A yang berkapasitas tempat tidur 20 tempat tidur, didapatkan jumlah rata-rata klien yang dirawat (BOR) 15 orang perhari. Kriteria klien yang dirawat tersebut adalah 5  orang dapat melakukan perawatan mandiri,  5 orang perlu diberikan perawatan sebagian, dan 5 orang lainnya harus diberikan perawatan total.
 Tingkat pendidikan perawat yaitu, SPK dan D III Keperawatan. Hari kerja efektif adalah 6 hari  perminggu. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruang tersebut adalah sbb:
a.Menetukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari, yaitu:
- keperawatan langsung-keperawatan mandiri 5 orang klien: 5 x 2 jam = 10 jam
- keperawatan parsial 5 orang klien: 5 x 3 jam = 15 jam
- keperawatan total 5 orang klien: 5 x 6 jam = 30 jam
- keperawatan tidak langsung 15 orang klien: 5 x 1 jam = 15 jam
- penyuluhan kesehatan 15 orang klien: 15 x 0,25 jam = 3,75  

- jam total jam keperawatan secara  keseluruhan 73,75 jam
b.Menetukan jumlah jam keperawatan per klien per hari = 73,75 jam / 15 klien = 4,9 jam
c.Menetukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan tersebut adalah langsung dengan menggunakan rumus (Gillies, 1989) diatas, sehingga didapatkanhasil sbb:

d.Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang dibutuhkan perhari,yaitu:

 
e.Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu denganketentuan menurut
   Warstler ( dalam Swansburg, 1990, h. 71). Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan malam 17%.
   Maka pada kondisi di atas jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift adalah:
-shift pagi: 5,17 orang (5 orang)
-shift sore: 3,96 orang (4 orang)
-shift malam: 1, 87 orang (2 orang)

f. Kombinasi jumlah tenaga menurut Intermountain Health Care Inc. adalah:
-58% = 6,38 (6 orang) S I keperawatan
-26% = 2,86 (3 orang) D III keperawatan
-16% = 1,76 (2 orang) SPK
Kombinasi menurut Abdellah dan Levinne adalah:
-55% = 6,05 (6 orang) tenaga professional
-45% = 4,95 (5 orang) tenaga non professional

5.Cara Swansburg (1999)
Jumlah rata-rata pasien/ hari x jumlah perawat/ pasien/ hari
Jam kerja/ hari

Contoh:
Pada rumah sakit A, jumlah tempat tidur pada unit Bedah 20 buah, rata-rata pasien perhari 15 orang, jumlah jam perawatan 5 jam/ pasien/ hari, dan jamkerja 7 jam/hari
Cara menghitung 
Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah:
15 x 5 = 10,71 atau 11 org/ 24 jam

     7
Jumlah shift dalam seminggu: 11 x 7 = 77 shiftBila jumlah perawat sama setiap hari dengan 6 hari kerja/ minggu dan 7 jam/ harimaka jumlah perawaty yang dibuthkan = 77 : 6 = 12,83 atau
13 orang.

6.Metoda Formulasi Nina

 Nina (1990) menggunakan 5 tahapan dalam menghitung kebutuhan tenaga.
Contoh pengitungannya:
Hasil observasi terhadap RS A yang berkapasitas 300 tempat tidur, didapatkan jumlah rata-rata klien yang dirawat (BOR) 60 %, sedangkan rata-rata jam perawatan adalah 4 jam perhari. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruang tersebut adalah sbb:
• Tahap I
Dihitung A = jumlah jam perawatan klien dalam 24 jam per klien. Daricontoh diatas A= 4 jam/ hari
• Tahap II
Dihitung B= jumlah rata-rata jam perawatan untuk sekuruh klien dalam satu hari.
B = A x tempat tidur = 4 x 300 = 1200
• Tahap III
Dihitung C= jumlah jam perawatan seluruh klien selama setahun.
C= B x 365 hari = 1200 x 365 = 438000 jam
• Tahap IV
Dihitung D = jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang dibutuhkanselama setahun
D= C x BOR / 80 = 438000 x 180/ 80 = 985500
 Nilai 180 adalah BOR total dari 300 klien, dimana 60% x 300 = 180. Sedangkan 80 adalahnilai tetap untuk perkiraan realistis jam perawatan.
• Tahap V
Didapat E= jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan.
E= 985500/ 1878 = 524,76 (525 orang)
Angka 1878 didapat dari hari efektif pertahun (365 – 52 hari minggu = 313 hari) dandikalikan dengan jam kerja efektif perhari (6 jam)

7.Metoda hasil Lokakarya Keperawatan
Menurut hasil lokakarya keperawatan (Depkes RI 1989), rumusan yang dapatdigunakan untuk perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan adalah sebagai berikut
Jam perawatan 24 jam x 7 (tempat tidur x BOR) + 25%
Hari kerja efektif x 40 jam

Prinsip perhitungan rumus ini adalah sama dengan rumus dari Gillies (1989) diatas,tetapi ada penambahan pada rumus ini yaitu 25% untuk penyesuaian ( sedangkan angka 7 pada rumus tersebut adalah jumlah hari selama satu minggu).

8.Standar ketenagaan Perawat dan Bidan di Rumah Sakit
Pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat dan bidan menurut direktorat pelayanan keperawatan Dirjen Yan-Med Depkes RI (2001) dengan memperhatikan unit kerja yang ada pada masing-masing rumah sakit. Model pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut :

a.Rawat inap
 berdasarkan klasifikasi pasien cara perhitungannya berdasarkan :
•tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
•rata-rata pasien per hari
• jumlah perawatan yang diperlukan / hari / pasien
•jam perawatan yang diperlukan/ ruanagan / hari
•jam kerja efektif tiap perawat atau bidan 7 jam per hari















Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (factor koreksi) dengan :
•Hari libur/ cuti/ hari besar (loss day

Jumlah hari miggu dalam setahun + cuti + hari besar x Jumlah perawat tersedia

     Jumlah hari kerja efektif

52 +12 + 14 x 13 = 3,5
      286
•Perawat atau bidan yang mengejakan tugas-tugas non-profesi (non-nursing  jobs) Seperti : membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan pasien, dll.  diperkirakan 25%
dari jam pelayanan keperawatan.
(Jumlah tenaga perawat + loss day) x 25% = (13 + 3,5) x 25% = 4,1
Jadi jumlah tenaga yang diperlukan= tenaga yang tersedia + factor koreksi= 13 + 3,5 + 4,1 = 20,6 (dibulatkan menjadi 21 orang perawat/ bidan)
Tingkat ketergantungan pasien
Pasien diklasifikasikan berdasarkan pada kebutuhan terhadap asuhan keperawatan/asuhan kebidanan, meliputi:
a.asuhan keperawatan minimal
b.asuhan keperawatan sedang
c.asuhan keperawatan agak berat
d.asuhan keperawatan maksimal
 










Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah
Jumlah jam perawatan ruangan/ hari = 87,37 = 12,5 perawat
       Jam kerja efektif perawat                           7
ditambah (factor koreksi) dengan :
loss day:  52 +12 + 14 x 12,5 = 3,4
         286 
non-nursing jobs 25% 
(Jumlah tenaga perawat +loss day) x 25% = (12,5 + 3,4) x 25% = 3,9
Jadi jumlah tenaga yang diperlukan= tenaga yang tersedia + factor koreksi= 12,5 + 3,4 + 3,9 = 19,8 (dibulatkan menjadi 20 orang perawat/ bidan)

b.Jumlah tenaga untuk kamar operasi
 •Dasar penghitungan tenaga di kamar operasi :
-jumlah dan jenis operasi
- jumlah kamar operasi
- Pemakain kamar operasi (diprediksi 6 jam perhari) pada hari kerja
- Tugas perawat di kamar operasi: instrumentator, perawat sirkulasi (2 orang/tim)
Tingkat ketergantungan pasien:
a.Operasi besar: 5 jam/ operasi 
b.Operasi sedang: 2 jam/ operasi
c.Operasi kecil: 1 jam / operasi

( Jml. Jam perawatan/ hari x jml. Operasi) x jml perawat dlm tim x 2
jam kerja efektif/ hari

Contoh kasus:
Dalam satu rumah sakit terdapat 30 operasi perhari, dengan perincian:operasi besar: 6 orang; operasi sedang: 15 orang; operasi kecil: 9 orang
cara penghitungan:
{(6 x 5 jam) + (15 x 2) + (9 x 1)} x 2 = 19,71 + 1 (perawat cadangan inti)
    7 jam

c.Di Ruang Penerimaan
Ketergantungan pasien di ruang penerimaan: 15 menit

1,15 x 30 = 4,92 orang (dibulatkan 5 orang)
       7
Perhitungan diatas dengan kondisi: alat tenun dan set operasi dipersiapkan olehCSSD.

d.Jumlah tenaga di Instalasi Gawat Darurat
Dasar perhitungan di gawat darurat adalah:
•rata-rata jumlah pasien perhari
•Jumlah jam perawatan perhari
•Jam efektif perhari

Contoh kasus:
rata-rata jumlah pasien perhari = 50
jumlah jam perawatan perhari = 4 jam
Jam efektif perhari = 7 jam

Jadi kebutuhan tenaga perawat di IGD:
50 x 4 = 28,6 = 29 orang + loss day ( 78 x 29) = 29 orang + 8 orang = 37 orang
    7                                                    286

e.Critical Care
rata-rata jumlah pasien perhari = 10
jumlah jam perawatan perhari = 12
jadi jumlah kebutuhan tenaga perawat di Critical Care:

10 x 12 = 17,14 = 17 orang +loss day ( 78 x 17) = 17 + 5 orang = 22 orang
     7                                                                         286

f. Rawat Jalan
 Jumlah pasien perhari = 100
Jumlah jam perawatan perhari = 15
Jadi kebutuhan tenaga perawat di rawat jalan:
100 x 15 = 4 orang + koreksi 15% ( 4 x 15%) = 4 orang + 0,6 = 5 orang
 7 x 60

g. Kamar Bersalin
Waktu yang diperlukan untuk pertolongan persalinan mencakup kala I s.d. kalaIV = 4 jam/ pasien
Jam efektif kerja bidan 7 jam/ hari
Rata-rata jumlah pasien setiap hari = 10 orang
Contoh: jumlah bidan yang diperlukan adalah:
10 x 4 jam = 40 = 5,7 = 6 orang + loss day ( 78 x 1,6 ) = 6 + 2 = 8 orang
7 jam/hr        7                                                             286




Jumat, 15 April 2016

Gaya Kepemimpinan dalam Keperawatan


I. Pengertian

Gaya didefinisikan sebagai hak istimewa yang tersendiri dari ahli dengan hasil akhir yang dicapai tanpa     menimbulkan isu sampingan. (Foller, 1940).
Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang  dimiliki seseorang sehingga orang tersebut   mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain bersedia dan dapat menyelesaikan tugas - tugas tertentu yang dipercayakan kepadanya  (Ordway Tead). Sedangkan menurut Gillies (1970) gaya kepemimpinan dapat didentifikasikan berdasarkan perilaku itu sendiri.

Jadi dapat disimpulkan Gaya Kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai suatu tujuan (S. Suarli dan Yanyan Bahtiar, 2006: 24).

Dasar yang dipakai untuk menentukan gaya kepemimpinan:
1.      Tugas yang harus dilakukan oleh pemimpin
2.      Kewajiban pemimpin
3.      Falsafah yang dianut pemimpin

II. Macam Gaya Kepemimpinan

Menurut para ahli, terdapat gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam suatu organisasi antara lain:

1. Gaya Kepemimpinan Menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt
    Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui dua titik ekstrim yaitu
    kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut  
    dipengaruhi oleh faktor manajer, factor karyawan dan factor situasi. Jika pemimpin memandang bahwa
    kepentingan organisasi harus didahulukan jika dibanding kepentingan pribadi maka pemimpin akan lebih
    otoriter, akan tetapi jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik dan mengunginkan partisipasi,
    maka pemimpin dapat menerapkan gaya partisipasinya.

2.  Gaya Kepemimpinan Menurut Likert
     Likert mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam empat sistem yaitu:
     a.   Sistem Otoriter-Eksploitatif
           Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya,       
           memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman. Komunikasi yang dilakukan satu arah ke
           bawah (top-down).

      b.  Sistem Benevolent-Authoritative
           Pemimpin mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu, memotivasi bawahan dengan ancaman
           atau hukuman tetapi tidak selalu dan membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin memperhatikan
           ide bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam pengambilan keputusan masih
           melakukan pengawasan yang ketat.

      c.  Sistem Konsultatif
           Pemimpin mempunyai kekuasaan terhadap bawahan yang cukup besar. Pemimpin 
           menggunakan balasan (insentif) untuk memotivasi bawahan dan kadang-kadang
           menggunakan ancaman atau hukuman. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan 
           spesifik yang dibuat oleh bawahan.

      d.  Sistem Partisipatif
           Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan, memnggunakan insentif  
           ekonomi untuk  memotivasi bawahan. Komunikasi dua arah dan menjadikan bawahan sebagai 
           kelompok kerja.

3.   Gaya Kepemimpinan Menurut Teori X dan Teori Y
   Dikemukakan oleh Douglas Mc Gregor dalam bukunya The Human Side Enterprise (1960), dia menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam suatu organisasi dapat dikelompokkan dalam dua kutub utama, yaitu sebagai Teori X dan Teori Y. Teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu tidak menyukai pekaryaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab, cenderung menolak perubahan, dan lebih suka dipimpin daripada memimpin. Sebaliknya Teori Y mengasumsikan bahwa, bawahan itu senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu berimajinasi, dan kreatif. 
Dari teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi empat macam yaitu:
      a. Gaya Kepemimpinan Diktator
          Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta menggunakan ancaman
          dan hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan Teori X.
      b. Gaya Kepemimpinan Autokratis
          Pada dasarnya kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya kepemimpinan diktator namun bobotnya
          agak kurang. Segala keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak pernah
          dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari Teori X.
      c. Gaya Kepemimpinan Demokratis
          Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan dengan 
          musyawarah. Gaya ini pada  dasarnya sesuai dengan Teori Y.
      d. Gaya Kepemimpinan Santai
          Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan pada bawahannya 
          (Azwar dalam Nursalam, 2008: 64)

4.    Gaya Kepemimpinan Menurut Robbet House
       Berdasarkan Teori Motivasi pengharapan, Robert House dalam Nursalam (2002) mengemukakan 
       empat gaya kepemimpinan yaitu:
       a.   Direktif
             Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang bagaimana melaksanakan suatu tugas. Gaya ini 
             mengandung arti bahwa pemimpin selalu berorientasi pada hasil yang dicapai oleh bawahannya.
        b.  Suportif
             Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan bersikap ramah terhadap bawahan.
        c.  Parsitipatif
             Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan masukan dan saran dalam rangka 
             pengambilan sebuah keputusan.
        d.  Berorientasi Tujuan
             Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan berusaha untuk 
             mencapai tujuan tersebut dengan seoptimal mungkin (Sujak dalam Nursalam, 1990)

5.    Gaya Kepemimpinan Menurut Hersey dan Blanchard
       Ciri-ciri kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard (1997) meliputi:
       a.  Instruksi
  • Tinggi tugas dan rendah hubungan
  • Komunikasi sejarah
  • Pengambilan berada pada pemimpin dan peran bawahan sangat minimal
  • Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi yang spesifik serta mengawasi dengan ketat
        b.  Konsultasi
  • Tinggi tugas dan tinggi hubungan
  • Komunikasi dua arah
  • Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan cukup besar
         c.  Parsitipatif
  • Tinggi hubungan rendah tugas
  • Pemimpin dan bawahan bersama-sama member gagasan dalam pengambilan keputusan
         d.  Delegasi
  • Rendah hubungan dan rendah tugas
  • Komunikasi dua arah, terjadi diskusi antara pemimpin dan bawahan dalam pemecahan masalah serta bawahan diberi delegasi untuk mengambil keputusan
6.   Gaya Kepemimpinan Menurut Lippits dan K. White
      Menurut Lippits dan White, terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu
      a.  Otoriter
           Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  • Wewenang mutlak berada pada pimpinan
  • Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
  • Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
  • Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
  • Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara ketat
  • Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan
  • Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau pendapat
  • Tugas-tugas dari bawahan diberikan secara instruktif
  • Lebih banyak kritik daripada pujian
  • Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat
  • Pmpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat
  • Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman
  • Kasar dalam bersikap
  • Tanggung jawab dalam keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan
     b.  Demokratis
          Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam mempengaruhi orang lain agar besedia  
          bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berbagai kegiatan yang akan dilakukan
          ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
          Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  • Wewenang pimpinan tidak mutlak
  • Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
  • Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
  • Komunikasi berlangsung timbal balik
  • Pengawasan dilakukan secara wajar
  • Prakarsa datang dari bawahan
  • Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan pertimbangan
  • Tugas-tugas dari bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan daripada instruktif
  • Pujian dan kritik seimbang
  • Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas masing-masing
  • Pimpinan kesetiaan bawahan secara wajar
  • Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak
  • Terdaoat suasana saling percaya saling hormat menghormati, dan saling menghargai
  • Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara bersama-sama
                                                              
      c.  Liberal atau Laissez Faire
           Kepemimpinan gaya liberal atau Laisssez Faire adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar
           bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengancara berbagai kegiatan dan pelaksanaanya
           dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan.
           Gaya kepemimpinan ini bercirikan sebagai berikut:
  • Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
  • Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
  • Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
  • Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan
  • Hampir tiada pengawasan terhadap tingkah laku
  • Prakarsa selalu berasal dari bawahan
  • Hampir tiada pengarahan dari pimpinan
  • Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
  • Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok
  • Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perseorangan
7.   Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Kekuasaan dan Wewenang
      Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan kekuasaan dibedakan menjadi
      empat yaitu:
      a.   Otoriter
            Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekaryan. Menggunakan kekuasaan
            posisi dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai dalam
            pengambilan keputusan. Informasi yang diberikan hanya pada kepentiungan tugas. Motivasi
            dengan reward dan punishment.
       b.  Demokratis
            Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan setiap staf. Menggunakan
            kekuatan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok untuk
            menentukan tujuan sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan dalam penerapannya. Informasi
            diberikan seluas-luasnya dan terbuka.
       c.  Partisipatif
            Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin yang menyampaikan hasil
            analisis masalah dan kemudian mengusulkan tindakan tersebut pada bawahannya. Staf dimintai saran
            dan kritiknya serta mempertimbangkan respon staf terhadap usulannya, dan keputusan akhir ada
            pada kelompok.
       d.  Bebas Tindak
            Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa pengarahan, supervisi dan
            koordinasi. Staf/bawahan mengevaluasi pekaryan sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan hanya
            sebagai sumber informasi dan pengendalian secara minimal.


DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam prektik Keperawatan Profesional Edisi 2. Jakarta: Salemba  Medika

Suarli S dan Bahtiar nyanyan.____. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. Jakarta: Erlangga.