I. Pengertian
Gaya
didefinisikan sebagai hak istimewa yang tersendiri dari ahli dengan hasil akhir
yang dicapai tanpa menimbulkan isu sampingan. (Foller, 1940).
Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain bersedia dan dapat menyelesaikan tugas - tugas tertentu yang dipercayakan kepadanya (Ordway Tead). Sedangkan menurut Gillies (1970) gaya kepemimpinan dapat didentifikasikan berdasarkan perilaku itu sendiri.
Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain bersedia dan dapat menyelesaikan tugas - tugas tertentu yang dipercayakan kepadanya (Ordway Tead). Sedangkan menurut Gillies (1970) gaya kepemimpinan dapat didentifikasikan berdasarkan perilaku itu sendiri.
Jadi
dapat disimpulkan Gaya Kepemimpinan adalah pola tingkah
laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan
individu untuk mencapai suatu tujuan (S. Suarli dan Yanyan Bahtiar, 2006: 24).
Dasar
yang dipakai untuk menentukan gaya kepemimpinan:
1. Tugas
yang harus dilakukan oleh pemimpin
2. Kewajiban
pemimpin
3. Falsafah
yang dianut pemimpin
II. Macam
Gaya Kepemimpinan
Menurut para ahli,
terdapat gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam suatu organisasi antara
lain:
1. Gaya
Kepemimpinan Menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt
Menurut
kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui dua titik
ekstrim yaitu
kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut
dipengaruhi oleh faktor manajer, factor karyawan dan factor situasi. Jika pemimpin memandang bahwa
kepentingan organisasi harus didahulukan jika dibanding kepentingan pribadi maka pemimpin akan lebih
otoriter, akan tetapi jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik dan mengunginkan partisipasi,
maka pemimpin dapat menerapkan gaya partisipasinya.
kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut
dipengaruhi oleh faktor manajer, factor karyawan dan factor situasi. Jika pemimpin memandang bahwa
kepentingan organisasi harus didahulukan jika dibanding kepentingan pribadi maka pemimpin akan lebih
otoriter, akan tetapi jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik dan mengunginkan partisipasi,
maka pemimpin dapat menerapkan gaya partisipasinya.
2. Gaya
Kepemimpinan Menurut Likert
Likert
mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam empat sistem yaitu:
a. Sistem
Otoriter-Eksploitatif
Pemimpin
tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah terhadap
bawahannya,
memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman. Komunikasi yang
dilakukan satu arah ke
bawah (top-down).
bawah (top-down).
b. Sistem
Benevolent-Authoritative
Pemimpin mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu, memotivasi bawahan dengan ancaman
atau hukuman tetapi tidak selalu dan membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin memperhatikan
ide bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam pengambilan keputusan masih
melakukan pengawasan yang ketat.
Pemimpin mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu, memotivasi bawahan dengan ancaman
atau hukuman tetapi tidak selalu dan membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin memperhatikan
ide bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam pengambilan keputusan masih
melakukan pengawasan yang ketat.
c. Sistem
Konsultatif
Pemimpin
mempunyai kekuasaan terhadap bawahan yang cukup besar. Pemimpin
menggunakan
balasan (insentif) untuk memotivasi bawahan dan kadang-kadang
menggunakan
ancaman atau hukuman. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan
spesifik yang
dibuat oleh bawahan.
d. Sistem
Partisipatif
Pemimpin
mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan, memnggunakan
insentif
ekonomi untuk memotivasi bawahan. Komunikasi dua
arah dan menjadikan bawahan sebagai
kelompok kerja.
3. Gaya
Kepemimpinan Menurut Teori X dan Teori Y
Dikemukakan
oleh Douglas Mc Gregor dalam bukunya The Human Side Enterprise (1960), dia
menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam suatu organisasi dapat dikelompokkan
dalam dua kutub utama, yaitu sebagai Teori X dan Teori Y. Teori X mengasumsikan
bahwa bawahan itu tidak menyukai pekaryaan, kurang ambisi, tidak mempunyai
tanggung jawab, cenderung menolak perubahan, dan lebih suka dipimpin daripada
memimpin. Sebaliknya Teori Y mengasumsikan bahwa, bawahan itu senang bekerja,
bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu
berimajinasi, dan kreatif.
Dari teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi
empat macam yaitu:
a. Gaya
Kepemimpinan Diktator
Gaya
kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta menggunakan
ancaman
dan hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan Teori X.
dan hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan Teori X.
b. Gaya
Kepemimpinan Autokratis
Pada
dasarnya kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya kepemimpinan diktator namun
bobotnya
agak kurang. Segala keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak pernah
dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari Teori X.
agak kurang. Segala keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak pernah
dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari Teori X.
Ditemukan
adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan
dengan
musyawarah. Gaya ini pada dasarnya sesuai dengan Teori Y.
Peranan
dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan pada bawahannya
(Azwar dalam Nursalam, 2008: 64)
4. Gaya
Kepemimpinan Menurut Robbet House
Berdasarkan
Teori Motivasi pengharapan, Robert House dalam Nursalam (2002) mengemukakan
empat gaya kepemimpinan yaitu:
a. Direktif
Pemimpin
menyatakan kepada bawahan tentang bagaimana melaksanakan suatu tugas. Gaya ini
mengandung arti bahwa pemimpin selalu berorientasi pada hasil yang dicapai oleh
bawahannya.
b. Suportif
Pemimpin berusaha
mendekatkan diri kepada bawahan dan bersikap ramah terhadap bawahan.
c. Parsitipatif
Pemimpin
berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan masukan dan saran dalam rangka
pengambilan sebuah keputusan.
d. Berorientasi
Tujuan
Pemimpin
menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan berusaha untuk
mencapai
tujuan tersebut dengan seoptimal mungkin (Sujak dalam Nursalam, 1990)
5. Gaya
Kepemimpinan Menurut Hersey dan Blanchard
Ciri-ciri
kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard (1997) meliputi:
a. Instruksi
- Tinggi tugas dan rendah hubungan
- Komunikasi sejarah
- Pengambilan berada pada pemimpin dan peran bawahan sangat minimal
- Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi yang spesifik serta mengawasi dengan ketat
b. Konsultasi
- Tinggi tugas dan tinggi hubungan
- Komunikasi dua arah
- Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan cukup besar
c. Parsitipatif
- Tinggi hubungan rendah tugas
- Pemimpin dan bawahan bersama-sama member gagasan dalam pengambilan keputusan
d. Delegasi
- Rendah hubungan dan rendah tugas
- Komunikasi dua arah, terjadi diskusi antara pemimpin dan bawahan dalam pemecahan masalah serta bawahan diberi delegasi untuk mengambil keputusan
6. Gaya
Kepemimpinan Menurut Lippits dan K. White
Menurut
Lippits dan White, terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu
a. Otoriter
a. Otoriter
Gaya
kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Wewenang mutlak berada pada pimpinan
- Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
- Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
- Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
- Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara ketat
- Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan
- Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau pendapat
- Tugas-tugas dari bawahan diberikan secara instruktif
- Lebih banyak kritik daripada pujian
- Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat
- Pmpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat
- Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman
- Kasar dalam bersikap
- Tanggung jawab dalam keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan
b. Demokratis
Kepemimpinan
gaya demokratis adalah kemampuan dalam mempengaruhi orang lain agar besedia
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berbagai kegiatan yang akan dilakukan
ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berbagai kegiatan yang akan dilakukan
ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
Gaya kepemimpinan
ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Wewenang pimpinan tidak mutlak
- Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
- Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
- Komunikasi berlangsung timbal balik
- Pengawasan dilakukan secara wajar
- Prakarsa datang dari bawahan
- Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan pertimbangan
- Tugas-tugas dari bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan daripada instruktif
- Pujian dan kritik seimbang
- Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas masing-masing
- Pimpinan kesetiaan bawahan secara wajar
- Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak
- Terdaoat suasana saling percaya saling hormat menghormati, dan saling menghargai
- Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara bersama-sama
c. Liberal
atau Laissez Faire
Kepemimpinan
gaya liberal atau Laisssez Faire adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengancara berbagai kegiatan dan pelaksanaanya
dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan.
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengancara berbagai kegiatan dan pelaksanaanya
dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan.
Gaya kepemimpinan
ini bercirikan sebagai berikut:
- Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
- Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
- Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
- Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan
- Hampir tiada pengawasan terhadap tingkah laku
- Prakarsa selalu berasal dari bawahan
- Hampir tiada pengarahan dari pimpinan
- Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
- Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok
- Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perseorangan
7. Gaya
Kepemimpinan Berdasarkan Kekuasaan dan Wewenang
Menurut
Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan kekuasaan dibedakan
menjadi
empat yaitu:
empat yaitu:
a. Otoriter
Merupakan
kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekaryan. Menggunakan kekuasaan
posisi dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai dalam
pengambilan keputusan. Informasi yang diberikan hanya pada kepentiungan tugas. Motivasi
dengan reward dan punishment.
posisi dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai dalam
pengambilan keputusan. Informasi yang diberikan hanya pada kepentiungan tugas. Motivasi
dengan reward dan punishment.
b. Demokratis
Merupakan
kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan setiap staf. Menggunakan
kekuatan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok untuk
menentukan tujuan sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan dalam penerapannya. Informasi
diberikan seluas-luasnya dan terbuka.
kekuatan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok untuk
menentukan tujuan sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan dalam penerapannya. Informasi
diberikan seluas-luasnya dan terbuka.
c. Partisipatif
Merupakan
gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin yang menyampaikan hasil
analisis masalah dan kemudian mengusulkan tindakan tersebut pada bawahannya. Staf dimintai saran
dan kritiknya serta mempertimbangkan respon staf terhadap usulannya, dan keputusan akhir ada
pada kelompok.
analisis masalah dan kemudian mengusulkan tindakan tersebut pada bawahannya. Staf dimintai saran
dan kritiknya serta mempertimbangkan respon staf terhadap usulannya, dan keputusan akhir ada
pada kelompok.
d. Bebas
Tindak
Merupakan
pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa pengarahan,
supervisi dan
koordinasi. Staf/bawahan mengevaluasi pekaryan sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan hanya
sebagai sumber informasi dan pengendalian secara minimal.
koordinasi. Staf/bawahan mengevaluasi pekaryan sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan hanya
sebagai sumber informasi dan pengendalian secara minimal.
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam.
2008. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam prektik Keperawatan
Profesional Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Suarli S dan
Bahtiar nyanyan.____. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis.
Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar